ADA anggrek pada hiruk pikuk ‘Kediri Coffe Party’ di halaman Bank Indonesia, Jumat (21/10/2016) malam. Ya, anggrek bulan itu berada di samping sajian kopi dari Kampoeng Anggrek.
Di penghujung acara, rangkaian bunga anggrek itu dipersembahkan kepada Bank Indonesia Perwakilan Kediri. Secara simbolik, anggrek itu diserahkan Direktur Kampoeng Anggrek Dr. Zaenudin kepada Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kediri, Djoko Raharto.
Saat pemaparan materi, Dr. Zaenudin menyampaikan jika lahan kopi di Kediri tak begitu luas. Berdasarkan data statistik, areal di Kediri hanya 933 hektar, sebagian besar di Puncu dan Kepung seluas 300 hektar.
Sementara, di kecamatan lain seperti Ngancar dan Mojo arealnya kurang dari 100 hektar. “Areal kopi di seluruh indonesia seluas 1,1 juta hektar. Di Kediri, tidak sampai 1000 hektar, artinya kopi di Kediri tidak masuk peta kopi di indonesia, karena tidak sampai 1 persen,” kata pria yang menempuh program doktoralnya di Universitas Gajah Mada ini.
Sementara, menurut Zaenudin, di Sumber Sari Petung yang dikelolanya, luas areal kopi hanya 5 hektar. “Istilah jawanya gae duwen-duwen (hanya untuk sekedar punya),” paparnya.
Zaenudin menegaskan, Kediri perlu punya kekhasan. Meski arealnya tidak banyak, namun Kediri harus memiliki kopi yang specialty dengan grade premium. “Tidak perlu banyak, tapi mutu bagus dan harga mahal,” ujarnya.
Apalagi, saat ini sudah ada varietas kopi yang bisa dipanen setelah ditanam selama 2 tahun. Dr. Zaenudin juga menyinggung pengalamannya ngopi di kafe kopi Side Walk. “Tapi, kopi Kediri nggak ada, yang ada kopi Aceh, kopi Sumatera Mandailing, Toraja, Flores. Dengan acara ini saya yakin mulai tahun depan ada kopi Kediri yang spesialty,” katanya. (*)
foto : fb ngopingopinet