INILAH anggrek Grammatophyllum scriptum yang menjadi koleksi di Kampoeng Anggrek, di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Banyak orang menyebutnya sebagai anggrek macan. Mungkin, karena corak warnanya. Ada tutul coklat laiknya macan. Atau bisa juga karena ketahanan hidup tanaman ini yang seperti macan.
Lepas dari itu, bila berbunga bunga ini indah sekali!! Tangkai bunga panjang dengan kuntum bunga yang banyak, membuat semakin takjub yang melihatnya.
Pada umumnya spesies ini memiliki bunga dengan lebar sampai 4.5 cm, dengan warna hijau serta tanda berwarna cokelat tua.
G. scriptum merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang bisa ditemukan di dataran rendah pesisir (100 meter di atas air laut). Grammatophyllum scriptum termasuk kedalam family Orchidaceae, genus Grammatophyllum blume. Grammatophyllum merupakan marga anggrek yang terdiri dari 10 spesies.
Di Indonesia sampai saat ini yang diketahui baru 4 jenis yaitu Grammatophyllum speciosum, Grammatophyllum scriptum, Grammatophyllum papuanum dan Grammatophyllum stapeliaeflorum.
Tetapi menurut para ahli taksonomi Grammatophyllum papuanum masih merupakan variasi dari jenis Grammatophyllum speciosum.
Anggrek ini termasuk berumbi semu pendek, umbinya tidak tertutup oleh upih daun. Dan beberapa helai daun tumbuh dipuncak umbisemu. Perawakan (habitus) tanaman dari tipe ini mirip cymbidium.
Anggrek macan ini paling baik ditanam dalam krat dan digantung. Juga dapat ditempelkan pada dahan pohon dengan sinar matahari langsung. Karena karangan bunga anggrek macan menggelantung kebawah. Jenis media tanam yang bisa digunakan untuk menanam anggrek ini pakis atau arang kayu. Anggrek macan kurang suka diganggu terlalu banyak dengan pengepotan ulang.
Keragaman bunganya serta kemampuan tumbuhnya yang demikian luas menyebabkan penggemar anggrek ini terdapat diseluruh dunia. Namun disisi lain kelompok tumbuhan ini juga salah satu yang paling terancam keberadaannya.
Menurut kelompok yang menangani anggrek (Orchid Specialist Group) dalam komisi penyelamatan jenis (Species Survival Commission) dari IUCN, ancaman terhadap anggrek secara umum diakui disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu perubahan atau rusaknya habitat tumbuh anggrek baik rusak total, berubah bentuknya menjadi daerah penebangan pertanian atau pemukiman maupun terjadinya fragmentasi habitat, dan pengambilan dari alam untuk diperdagangkan, koleksi, maupun untuk kegunaan lainnya. (*)
foto : Didik Y Suharyanto
naskah: sandiorchid.com