Pencanangan Target Setelah Peresmian Kampoeng Anggrek

penyerahan bunga

Usai meresmikan Kampoeng Anggrek, Bupati Kediri langsung mencanangkan target: Kediri harus menjadi pusat kebun anggrek terbesar di Jawa Timur.

CUACA cerah. Udara sejuk di lereng pegunungan Kelud, pada Sabtu, 7 Mei 2016 pagi itu. Sebuah perayaan digelar di kawasan Kampoeng Anggrek yang terletak di Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Seremonial peresmian yang berbeda. Digelar di pendopo bambu tanpa dinding. Di tengah hamparan perkebunan nanas. Launching Kampoeng Anggrek tetap hikmat.

Undangan tampak enjoy menikmati kesejukan udara Kelud. Sementara, di samping pendopo bambu, 15 ibu-ibu asyik membatik bunga anggrek di atas hamparan kain putih.

Setelah sekian bulan berjalan, Kampoeng Anggrek akhirnya diresmikan. Bupati Kediri dr. Haryanti Soetrisno menandatangani plakat peresmian kawasan wisata bunga tersebut.

Bupati Haryanti berharap, Kampoeng Anggrek bisa menginspirasi. Sebab, ada sejumlah potensi aset anggrek milik Kabupaten Kediri yang perlu ditingkatnya pengelolaannya.

“Saya berharap, Kediri bisa menjadi pusat kebun anggrek terbesar di Jawa Timur,” katanya.

penandatangan kampoeng anggrek

Dr. Zaenudin, Direktur PT Anugerah Anggrek Nusantara menyatakan, antusiasme masyarakat terhadap Kampoeng Anggrek sangat luar biasa, meski belum diresmikan dan masih dalam proses berbagai fasilitas wisata.

Dia membeberkan data peningkatan kunjungan, meski Kampoeng Anggrek belum diresmikan. Jika pada bulan Februari 2016: 1039 orang, meningkat pada Maret dan April, 7080 dan 9500 pengunjung.

“Melihat trennya, pada bulan Mei ini jumlah pengunjung mencapai 15 ribu pengunjung,” ujarnya.

Saat itu, Kampoeng Anggrek dalam proses pembangunan fasilitas dan masih belum siap dilaunching. Namun, antusiasme masyarakat tak terbendung.

Saat ini, Kampoeng Angrek telah memiliki lima green house. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan koleksi induk anggrek, mengadakan persilangan, aklimatisasi kecambah dan pembuahan.

sambutan pak dinMenurut mantan Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember ini, Kampoeng Anggrek juga memiliki visi edukasi. Green House dibuka untuk umum, baik pelajar, mahasiswa, dan masyarakat.

Banyak kunjungan siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa dan berbagai komunitas. Tujuannya, agar masyarakat bisa belajar proses pengembangan dan produksi anggrek, dan budidaya anggrek.

“Namun, dalam kenyataannya, banyak yang datang untuk berbelanja. Selain itu banyak pula yang datang untuk berfoto-foto,” paparnya.

Zaenudin mengisahkan bagaimana awal mula memberi nama Kampoeng Anggrek. Ketika SSP masih memiliki tiga Green House, seorang jurnalis dari Kediri bernama Danu Sukendro yang belum dikenalnya menulis tentang green house anggrek dan laboratorium kultur jaringan di PT SSP.

Jurnalis itu langsung menyebut nama ‘Kampung Anggrek’ di lereng gunung Kelud. Sejak itu, nama Kampoeng Anggrek disematkan. “Jadi, yang memberi nama bukan saya,” tukasnya.

Kampoeng Anggrek menyebar di media sosial. selain itu, Kampoeng Anggrek juga menjadi bahan peliputan media nasional.

Semuanya ini baru awal. Kampoeng Anggrek memiliki visi besar. Produksi 1 juta tanaman anggrek/tahun yang akan direalisasikan melalui teknologi kultur jarinhan. Tak hanya dalam negeri, Kampoeng Anggrek bahkan mengincar pasar ekspor.

Berbagai fasilitas wisata juga akan terus dibangun di atas lahan seluas 5 hektar. (*)

Share this post
  


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *