Dalam Rubrik Klinik Anggrek kali ini, seorang penggemar anggrek menanyakan tentang kultur jaringan. Berikut pertanyaan sekaligus jawabannya.
TANYA
Pak, mau tanya. Teknik kloning sama teknik kultur jaringan itu sama ‘kah? Sekalian sama keunggulan dan kelemahan menggunakan teknik kloning nggih?? Terimakasih.
(akun FB Muhibatul Amalia)
Jawab
Kultur Jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi (mengambil) bagian tanaman tertentu seperti daun, mata tunas, kemudian menumbuhkan bagian tersebut kedalam suatu media buatan (yang kaya nutrisi dan berbagai zat pertumbuhan) secara aseptik hingga jaringan tersebut beregenerasi menjadi tumbuhan baru yang identik sama dengan induknya (tanaman sebelumnya).
Sementara kloning pada prinsipnya secara output adalah sama dengan Kultur Jaringan yaitu menghasilkan tanaman yang identik sama seperti induknya. Hanya saja, dalam dunia “Pemuliaan Tumbuhan dan Hewan” istilah kloning lebih umum dipergunakan untuk teknik perbanyakan dengan bahan jaringan yang lebih kecil berupa sel somatic makhluk hidup.
Di sisi lain, pemahaman yang kurang tepat” sering terjadi dalam dunia Pemuliaan anggrek di Indonesia khususnya. Bahwa setiap orang yg memperbanyak anggrek dari biji sudah dikatakan “Kultur Jaringan.”
Memang tidak salah karena biji anggrek yg hanya berisi embrio saja itu hanya bisa dikecambahkan dengan baik dalam media kultur invitro sebagaimana tehnik kultur jaringan umumnya. Namun karena bahan tanamnya adalah biji yg berarti adalah generatif maka akan lebih tepat untuk kultur yang demikian dikatakan “Seed Culture“.
Seed Culture, karena bahan tanamnya berupa biji maka tanaman yg dihasilkannya pun secara genetik akan beraneka ragam mengikuti sifat kedua induknya atau gabungan diantara mereka.
Keunggulan kloning yg paling mendasar adalah pada saat kita memiliki tanaman koleksi yang sangat terbatas jumlahnya atau bahkan hanya satu dan ingin memperbanyak ya maka kita bisa segera memperbanyak tanaman tersebut tanpa menunggu berbuah. Di sisi lain, kita juga bisa memperbanyak tanaman dengan ciri, sifat dan kualitas yang identik seperti induknya.
Kelemahannya pada umumnya lebih pada penguasaan pengetahuan tentang genetika, memiliki ketrampilan teknis yang lebih tinggi serta biaya yang relatif lebih mahal. Karena untuk bisa mendapatkan formulasi media dan tehnik yang tepat untuk pengerjaannya tidak bisa hanya dengan melakukannya sekali dua kali. Bahkan, umumnya memakan waktu lama untuk bisa menguasainya.
Didik Y Suharyanto (Manajer Kampoeng Anggrek)